STRESS
1. Pengertian Stress
Sebelumnya
Selye (1936 ) telah menggambarkan bahwa strees adalah suatu sindrom biologic
atau badaniah.Didalam eksperimennya, seekor tikus percobaan mengalami
kedinginan pembedahan atau kerusakan sum-sum tulang belakang, akan
memperlihatkan suatu sindroma yang khas.Gejala-gejala itu tidak tergantung pada
jenis zat atau ruda yang menimbulkan kerusakan,sindroma ini lebih merupan
perwujudan suatu keadaan yang dinamakan stress denagn gejala-gejala
sistembilogik mahluk hidup itu. Selye menekankan bahwa stress terutama
mewujudkan diri sebagai suatu reaksi badaniah yan dapat diamati dan
diukur.Stres merupakan suatu reaksi penyusuaian diri,suatu sindroma penyusuaian
umum terhadap rangsangan yang berbeda-beda.
-
Faktor
faktor individu dan sosial yang menjadi penyebab stress adalah
a.
Faktor Individual
Tatkala seseorang menjumpai stresor dalam
lingkungannya, ada dua karakteristik pada stresor tersebut yang akan
mempengaruhi reaksinya terhadap stresor itu yaitu: Berapa lamanya (duration) ia
harus menghadapi stresor itu dan berapa terduganya stresor itu
(predictability).
b.
Faktor sosial.
1.
Perkawinan
Berbagai permasalahan
perkawinan merupakan sumber stress yang dialami seseorang, misalnya
pertengkaran, perpisahan, perceraian, kematian salah satu psangan dan lain sebagainya.
2. Problem orang tua
Permasalahan yang
dihadapi orang tua misalnya kenakalan anak, ank sakit, hubungan yang tidak baik
degan mertua, dan lain sebagainya.
3. Hubungan
Interpersonal
Gangguan ini dapat
berupa hubungan dengan kawan dekat atau orang-orang disekitar yang mengalami
konflik.
4. Pekerjaan
Masalah pekerjaan
merupakan sumber stress kedua setelah masalah perkawinan misalnya pekerjaan
terlalu banyak, pekerjaan tidak cocok, mutasi, jabatan, dan lai sebagainya.
5. Lingkungan Hidup
Kondisi lingkungan
yang buruk besar pengaruhnya bagi kesehatan seseorang. Rasa tercekam dan tidak
mersa aman ini amat mengganggu ketenangan dan ketentraman hidup sehingga tidak
jarang orang jatuh kedalam depresi dan kecemasan.
2. Efek-efek Stress
Menurut Hans Selye
Menurut Hans Selye, ahli endokrinologi terkenal di awal 1930, tidak semua
jenis stres yang merugikan, dengan demikian, ia datang dengan eustress dan
kesusahan. Kita semua melakukan menjalani ringan, saat-saat singkat dan
dikendalikan dari ketegangan saraf yang dianggap umum, dan bertindak sebagai
rangsangan positif terhadap pertumbuhan seseorang intelektual dan emosional.
Selye disebut eustress ini. Ia didefinisikan distres menjadi sesuatu yang
sebaliknya dan ditandai dengan tekanan fisik dan psikologis yang parah yang
mengganggu kesehatan umum.
Efek fisiologis dari stres pada tubuh meliputi:
- Nyeri dada
- Insomnia atau tidur masalah
- Nyeri kepala Konstan
- Hipertensi
- Tukak
Stres dikatakan
menjadi sebuah faktor penunjang untuk produksi suatu penyakit tertentu, atau
mungkin menjadi penyebab respon perilaku negatif, seperti merokok, minum
alkohol dan penyalahgunaan narkoba yang semuanya dapat membuat kita rentan
terhadap penyakit. Hal buruk dapat mempengaruhi sistem kekebalan tubuh,
sehingga menyebabkan tubuh kita menjadi kurang tahan terhadap sejumlah masalah
kesehatan.
2.
Tipe-tipe stress
a. Tekanan
Kita dapat mengalami tekanan dari dalam maupun luar diri, atau keduanya. Ambisi personal bersumber dari dalam, tetapi kadang dikuatkan oleh harapan-harapan dari pihak di luar diri.
b. Konflik.
Konflik terjadi ketika kita berada di bawah tekanan untuk berespon simultan terhadap dua atau lebih kekuatan-kekuatan yang berlawanan.
Kita dapat mengalami tekanan dari dalam maupun luar diri, atau keduanya. Ambisi personal bersumber dari dalam, tetapi kadang dikuatkan oleh harapan-harapan dari pihak di luar diri.
b. Konflik.
Konflik terjadi ketika kita berada di bawah tekanan untuk berespon simultan terhadap dua atau lebih kekuatan-kekuatan yang berlawanan.
·
Konflik menjauh-menjauh: individu terjerat pada dua
pilihan yang sama-sama tidak disukai. Misalnya seorang pelajar yang sangat
malas belajar, tetapi juga enggan mendapat nilai buruk, apalagi sampai tidak
naik kelas.
·
Konflik mendekat-mendekat. Individu terjerat pada dua
pilihan yang sama-sama diinginkannya. Misalnya, ada suatu acara seminar sangat
menarik untuk diikuti, tetapi pada saat sama juga ada film sangat menarik untuk
ditonton.
·
Konflik mendekat-menjauh. Terjadi ketika individu
terjerat dalam situasi di mana ia tertarik sekaligus ingin menghindar dari
situasi tertentu. Ini adalah bentuk konflik yang paling sering dihadapi dalam
kehidupan sehari-hari, sekaligus lebih sulit diselesaikan. Misalnya ketika
pasangan berpikir tentang apakah akan segera memiliki anak atau tidak. Memiliki
anak sangat diinginkan karena pasangan dapat belajar menjadi orang dewasa yang
sungguh-sungguh bertanggungjawab atas makhluk kecil yang sepenuhnya tak
berdaya. Di sisi lain, ada tuntutan finansial, waktu, kemungkinan kehadiran
anak akan mengganggu relasi suami-istri, dan lain sebagainya.
c. Frustrasi.
Frustrasi terjadi ketika motif atau tujuan kita mengalami hambatan dalam pencapaiannya.
Frustrasi terjadi ketika motif atau tujuan kita mengalami hambatan dalam pencapaiannya.
·
Bila kita telah berjuang keras dan gagal, kita
mengalami frustrasi.
·
Bila kita dalam keadaan terdesak dan terburu-buru,
kemudian terhambat untuk melakukan sesuatu (misal jalanan macet) kita juga
dapat merasa frustrasi.
·
Bila kita sangat memerlukan sesuatu (misalnya lapar
dan butuh makanan), dan sesuatu itu tidak dapat diperoleh, kita juga mengalami
frustrasi.
d. Kecemasan
Kecemasan itu suatu respon atau sinyal menyadarkan
seseorang tentang prasaan khawatir , gelisah , dan takut yang sedang ia
rasakan. Ini timbul dari emosi seseorang karena merasa tidak nyaman, tidak aman
atau merasakan ancaman dan sering kali terjadi tanpa adanya penyebab yang jelas
ini karena respon terhadap situasi yang kelihatannya tidak menakutkan atau bisa
juga sebagai hasil rekaan.
3.
Sympton reducing responses
terhadap stress
Kehidupan akan terus berjalan seiring dengan
berjalannya waktu. Individu yang mengalami stress tidak akan terus menerus
merenungi kegagalan yang ia rasakan. Untuk itu setiap individu memiliki
mekanisme pertahanan diri masing-masing dengan keunikannya masing-masing untuk
mengurangi gejala-gejala stress yang ada.
Berikut mekanisme pertahana diri (defense
mechanism) yang biasa digunakan individu untuk dijadiakan strategi saat
menghadapi stress:
1.
Indentifikasi
Identifikasi adalah
suatu cara yang digunakan individu untuk menghadapi orang lain dngan membuatnya
menjadi kepribadiannya, ia ingin serupa dan bersifat sama seperti orang lain
tersebut. Misalnya seorang mahasiswa yang menganggap dosen pembimbingnya
memiiliki kepribadian yang menyenangkan, cara bicara yang ramah, dan
sebagainya. Maka mahasiswa tersebut akan meniru dan berperilaku seperti
dosennya.
2. Kompensasi
Seorang individu tidak
memperoleh kepuasan di bidang tertentu, tetapi mendapatkan kepuasan di bidang
lain. Misalnya Andi memiliki nilai yang buruk dalam bidang Matematika, namun
prestasi olah raga yang ia miliki sangatlah memuaskan.
3. Overcompensation/
reaction formation
Perilaku seseorang
yang gagal mencapai tujuan dan orang tersebut tidak mengakui tujuan pertama
tersebut dengan cara melupakan serta melebih-lebihkan tujuan kedua yang
biasanya berlawanan dengan tujuan pertama. Misalnya seorang anak yang ditegur
gurunya karena mengobrol saat upacara, bereaksi dengan menjadi sangat tertib
saat melaksanakan upacara dan menghiraukan ajakan teman untuk mengobrol.
4. Sublimasi
Sublimasi adalah suatu
mekanisme sejenis yang memegang peranan positif dalam menyelesaikan suatu
konflik dengan pengembangan kegiatan yang konstruktif. Penggantian objek dalam
bentuk-bentuk yang dapat diterima oleh masyarakat dan derajatnya lebih tinggi.
Misalnya sifat agresifitas yang disalurkan menjadi petinju atau tukang potong
hewan.
5. Proyeksi
Proyeksi adalah
mekanisme perilaku dengan menempatkan sifat-sifat batin sendiri pada objek di
luar diri atau melemparkan kekurangan diri sendiri pada orang lain. Mutu
proyeksi lebih rendah daripada rasionalisasi. Contohnya seorang anak tidak
menyukai temannya, namun ia berkata temannyalah yang tidak menyukainya.
6. Introyeksi
Introyeksi adalah
memasukan dalam pribadi dirinya sifat-sifat pribadi orang lain. Misalnya
seoarang wanita mencintai seorang pria, lalu ia memasukan pribadi pria tersebut
ke dalam pribadinya.
7. Reaksi konversi
Secara singkat
mengalihkan konflik ke alat tubuh atau mengembangkan gejala fisik. Misalkan
belum belajar saat menjelang bel masuk ujian, seorang anak wajahnya menjadi
pucat dan berkeringat.
8. Represi
Represi adalah konflik
pikiran, impuls-impuls yang tidak dapat diterima dengan paksaan ditekan ke
dalam alam tidak sadar dan dengan sengaja melupakan. Misalnya seorang karyawan
yang dengan sengaja melupakan kejadian saat ia dimarahi oleh bosnya tadi siang.
9. Supresi
Supresi yaitu menekan
konflik, impuls yang tidak dapat diterima secara sadar. Individu tidak mau
memikirkan hal-hal yang kurang menyenangkan dirinya. Misalnya dengan berkata
“Sebaiknya kita tidak membicarakan hal itu lagi.”
10. Denial
Denial adalah mekanisme
perilaku penolakan terhadap sesuatu yang tidak menyenangkan. Misalnya seorang
penderita diabetes memakan semua makanan yang menjadi pantangannya.
11. Regresi
Regresi adalah
mekanisme perilaku seseorang yang apabila menghadapi konflik frustasi, ia
menarik diri dari pergaulan dengan lingkunganya. Misalnya artis yang sedang
digosipkan berselingkuh, karena malu maka ia menarik diri dari perkumpulannya.
12. Fantasi
Fantasi adalah apabila
seseorang menghadapi konflik-frustasi, ia menarik diri dengan
berkhayal/berfntasi, misalnya dengan lamunan. Contoh seorang pria yang tidak
memiliki keberanian untuk menyatakan rasa cintanya melamunkan berbagai fantasi
dirinya dengan orang yang ia cintai.
13. Negativisme
Adalah perilaku
seseorang yang selalu bertentangan/menentang otoritas orang lain dengan
perilaku tidak terpuji. Misalkan seorang anak yang menolak perintah gurunya
dengan bolos sekolah.
14. Sikap mengkritik
orang lain
Bentuk pertahanan diri
untuk menyerang orang lain dengan kritikan-kritikan. Perilaku ini termasuk
perilaku agresif yang aktif (terbuka). Misalkan seorang karyawan yang berusaha
menjatuhkan karyawan lain dengan adu argument saat rapat berlangsung.
4.
Pendekatan problem solving
terhadap stress
yaitu menggunakan metode Biofeedback, tekhniknya adalah
mengetahui bagian-bagian tubuh mana yang terkena stres kemudian belajar untuk
menguasainya. Teknik ini menggunakan serangkaian alat yang sangat rumit sebagai feedback. Tetapi jika
teman-teman tahu tentang hipno-self,
teman-teman cukup menghipnotis diri sendiri dan melakukan sugesti untuk diri
sendiri, cara ini lebih efektif karena kita tahu bagaimana keadaan diri kita
sendiri. Dan jika teman-teman ingin melakukan hipno-self,
utamanya adalah tempat harus nyama dan tenang, dan teman-teman cukup
membangkitkan apa yang menyebabkan teman-teman stres, cari tahu gejalanya
hingga akar dari masalah tersebut, kemudian berikan sugesti-sugesti yang
positif, Insya Allah cara ini akan berhasil ditambah dengan
pendekatan secara spiritual (mengarah kepada Tuhan Semesta Alam).
Sumber:
http://meltri-elia.blogspot.com/2011/04/stress-menurut-hans-selye.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar