Jumat, 07 Juni 2013

TULISAN 3 "CINTA DAN PERKAWINAN"



 A.    BAGAIMANA MEMILIH PASANGAN

“TIPS MEMILIH PASANGAN HIDUP”

Menikah mengandung tanggung jawab yang besar. Oleh karena itu, memilih pasangan hidup juga merupakan hal yang harus benar-benar diperhatikan. Rasulullah SAW telah memberikan teladan dan petunjuk tentang cara memilih pasangan hidup yang tepat dan islami. Insya Allah tips-tips berikut ini akan dapat bermanfaat.

A. Beberapa kriteria memilih calon istri
1.      Beragama islam (muslimah). Ini adalah syarat yang utama dan pertama.
2.      Memiliki akhlak yang baik. Wanita yang berakhlak baik insya Allah akan mampu menjadi ibu dan istri yang baik.
3.      Memiliki dasar pendidikan Islam yang  baik. Wanita yang memiliki dasar pendidikan Islam yang baik akan selalu berusaha untuk menjadi wanita sholihah yang akan selalu dijaga oleh Allah SWT. Wanita sholihah adalah sebaik-baik perhiasan dunia.
4.      Memiliki sifat penyayang. Wanita yang penuh rasa cinta akan memiliki banyak sifat kebaikan.
5.      Sehat secara fisik. Wanita yang sehat akan mampu memikul beban rumah tangga dan menjalankan kewajiban sebagai istri dan ibu yang baik.
6.      Dianjurkan memiliki kemampuan melahirkan anak. Anak adalah generasi penerus yang penting bagi masa depan umat. Oleh karena itulah, Rasulullah SAW menganjurkan agar memilih wanita yang mampu melahirkan banyak anak.
7.      Sebaiknya memilih calon istri yang masih gadis terutama bagi pemuda yang belum pernah menikah. Hal ini dimaksudkan untuk memelihara keluarga yang baru terbentuk dari permasalahan lain.

B. Beberapa kriteria memilih calon suami
1.      Beragama Islam (muslim). Suami adalah pembimbing istri dan keluarga untuk dapat selamat di dunia dan akhirat, sehingga syarat ini mutlak diharuskan.
2.      Memiliki akhlak yang baik. Laki-laki yang berakhlak baik akan mampu membimbing keluarganya ke jalan yang diridhoi Allah SWT.
3.      Sholih dan taat beribadah. Seorang suami adalah teladan dalam keluarga, sehingga tindak tanduknya akan ‘menular’ pada istri dan anak-anaknya.
4.      Memiliki ilmu agama Islam yang baik. Seorang suami yang memiliki ilmu Islam yang baik akan menyadari tanggung jawabnya pada keluarga, mengetahui cara memperlakukan istri, mendidik anak, menegakkan kemuliaan, dan menjamin kebutuhan-kebutuhan rumah tangga secara halal dan baik.

Sebagai catatan tambahan, dianjurkan memilih calon pasangan hidup yang jauh dari silsilah kekerabatan. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga keturunan dari penyakit-penyakit menular atau cacat bawaan kekerabatannya. Selain itu juga dapat memperluas pertalian kekeluargaan dan ukhuwah islamiyah.
Semoga kita semua dibimbing oleh Allah SWT dalam berikhtiar mendapatkan pasangan hidup yang terbaik dan diridhoi-Nya serta dapat ikut serta menemani kita ke surga dunia dan akhirat. Amin.
Tanggapan : menurut saya artikel ini sangat baik karena agar kita tau bagaimana cara memilih pasangan yang benar juga menambah ilmu pengetahuan, bermanfaat bagi orang lain
Sumber :

B.     SELUK BELUK HUBUNGAN DALAM PERKAWINAN
Pada umumnya salah satu tanda kegagalan suami-istri dalam mencapai kebahagiaan perkawinan adalah perceraian. Perceraian adalah akumulasi dari kekecewaan yang berkepanjangan yang disimpan dalam alam bawah sadar individu. Adanya batas toleransi pada akhirnya menjadikan kekecewaan tersebut muncul kepermukaan, sehingga keinginan untuk bercerai begitu mudah.

Masalah diseputar perkawinan atau kehidupan berkeluarga antara lain:
         Kesulitan ekonomi keluarga yang kurang tercukupi.
         Perbedaan watak.
         Temperamen dan perbedaan kepribadian yang sangat tajam antara  suami dan istri.
         Ketidakpuasan dalam hubungan seks.
         Kejenuhan rutinitas.
         Hubungan antara keluarga besar yang kurang baik.
         Adanya istilah WIL (wanita idaman lain) atau PIL (pria idaman lain).
         Masalah harta warisan.
         Menurunnya perhatian kedua belah pihak.
         Domonasi dan intervensi orang tua atau mertua.
         Kesalahpahaman antara kedua belah pihak.

Dari salah satu masalah diatas yaitu kesalahpahaman yang menyebabkan pasangan menjadi tersinggung, sehingga terkadang memicu adanya perceraian, merupakan masalah yang sering terjadi dalam kehidupan rumah tangga. Karena kesalahpahaman itulah yang terkadang pasangan enggan untuk membuka komunikasi dengan pasangannya yang kemudian menimbulkan misskomunikasi. Tanpa mereka sadari dengan keadaan seperti itu malah akan membuat mereka sulit dalam menghadapi problem apapun. Komunikasi yang intern dan baik akan melahirkan saling keterbukaan dan suasana keluarga yang nyaman.

Allah juga memerintahkan kepada suami-istri untuk selalu berbuat baik.
Suami dan istri sering beranggapan bahwa masalah yang timbul akan selesai dengan sendirinya, asalkan bersabar dan menyediakan waktu yang panjang. Namun kenyataannya masalah yang didiamkan bukan membaik, malah memburuk seiring berjalannya waktu yang lama. Kejengkelan makin menumpuk dan penyelesaian makin jauh di mata, kareana masalah menjadi seperti benang kusut dan tidak tahu lagi harus memulainya dari mana. Tabungan cinta cenderung menyusut seiring dengan berkecamuknya masalah dengan berkurangnya cinta dan kasih sayang, berkurang pulalah semangat untuk menyelesaikan masalah. Pada akhirnya ketidakpedulian menggantikan cinta dan makin menyesuaikan diri dalam kehidupan yang tidak sehat ini. Dengan kata lain antara suami dan istri sudah menemukan cara yang efektif untuk menyelesaikannya tapi tidak dilakukan sehingga dapat menimbulkan perceraian.

Tanggapan : ternyata banyak sekali seluk beluk dalam perkawinan jika tidak bisa memilih pasangan yang benar mungkin bisa akan terjadi hubungan yang tidak baik dan terkadang menimbulkan perceraian. Artikel ini cukup menarik.

Sumber :

C.     PENYESUAIAN DAN PERTUMBUHAN DALAM PERKAWINAN

“Penyesuaian dalam Pernikahan”

“Banyak pasangan yang akhirnya berpisah karena merasa sudah saling tidak cocok lagi. Ketidakcocokan yang  dirasakan membuat pertengkaran sering terjadi di antara mereka. Ketika ditanyakan apa persoalannya, mereka menjawab hanya masalah sepele saja. Lantas pertanyaannya, mengapa hanya karena masalah sepele saja bisa membuat pertengkaran dan akhirnya menjadi perpisahan dalam pernikahan?
Umumnya banyak pasangan yang kurang menyadari pentingnya penyesuaian dalam pernikahan. Sebagian berpikir bahwa penyesuaian dengan pasangan toh sudah dilakukan saat masa pacaran sebelum menikah; ada pula yang beranggapan bahwa penyesuaian hanya perlu dilakukan di masa-masa awal pernikahan saja. Akibat dari persepsi tersebut, mereka tidak siap ketika menghadapi perubahan ataupun perbedaan pada diri pasangannya. Hal tersebut akhirnya bisa memunculkan pikiran negatif terhadap pasangan yang seringkali bila tidak dikonfirmasi akan menimbulkan kesenjangan diantara suami istri.

Penyesuaian dalam pernikahan pada dasarnya adalah hal yang berjalan sepanjang waktu, sepanjang pernikahan itu bahkan hingga salah satu dari pasangan meninggal dunia penyesuain tetap menjadi kebutuhan dan keharusan. Di awal perkenalan sebelum menikah, keduanya masih saling berkenalan luarnya saja, hanya mengenal kepribadian calon pasangannya secara umum saja. Tentu itu tidak cukup. Oleh karenanya, di awal pernikahan pun pasangan masih perlu penyesuaian dan pengenalan yang lebih mendalam lagi antara satu sama lain, begitu seterusnya, penyesuaian pun perlu terus dilakukan dalam pernikahan ketika istri hamil, anak pertama lahir, dst.

Penyesuaian dengan pasangan juga butuh kesabaran dan kemauan untuk saling menerima kelebihan dan kekurangan masing-masing. Tidak semua kebiasaan dan sifat-sifat pasangan akan sejalan dan sesuai dengan diri. Oleh karenanya perlu memahami tentang kebiasaan pasangan, sifat dan karakternya, hal-hal yang ia sukai dan ia tidak sukai, dsb. Perbedaan diantara pasangan suami istri adalah suatu hal yang wajar, dan karena perbedaan itulah Allah mempertemukan dan menyatukannya agar satu sama lain bisa saling melengkapi. Ya, agar bisa saling melengkapi bukan untuk saling menyalahkan. Suami dengan kelebihannya mampu membimbing dan menutupi kekurangan istri, begitu sebaliknya istri mampu pula dengan kelebihannya menutupi kekurangan yang ada pada diri suami. Dengan  adanya saling pengertian satu sama lainnya ini, maka keharmonisan dalam rumah tangga akan selalu menghiasi.

Perbedaan bukanlah sesuatu yang harus disamakan ataupun dimusnahkan. Perbedaan adalah warna yang bisa menghiasi dan menceriakan segalanya. Bila kita mampu menikmati, menerima dan mensyukuri setiap perbedaan yang ada, maka semua akan terasa lebih indah, bahkan terkadang bisa menjadi buah canda diantara pasangan. Sebaliknya bila perbedaan selalu dijadikan ancaman maka tak dapat dipungkiri pertengkaran dan ketidakcocokan akan selalu hadir.

Kebahagiaan dalam pernikahan kuncinya terletak di hati, dan berada pada diri masing-masing pasangan. Bila hati keduanya selalu menyatu untuk membahagiakan rumah tangganya, maka keduanya juga akan saling merasakannya. Karena hati itu bergetar. Maka ketika dua hati menyatu dan seirama, ia akan saling beresonansi, dan saling menggetarkan satu sama lainnya. Bila getaran yang disampaikan adalah getaran hati yang bahagia maka juga akan dirasakan oleh yang lainnya, namun bila getaran yang disampaikan sedih, kecewa dan buruk sangka maka getaran yang disampaikan juga akan terasa negatif. Sehingga tak heran, bila kita terkadang mampu merasakan apa yang dirasakan oleh pasangan kita bila kita benar-benar menghidupkan hati.”

Tanggapan : Dalam artikel diatas disebutkan bahwa “Penyesuaian dalam pernikahan pada dasarnya adalah hal yang berjalan sepanjang waktu, sepanjang pernikahan”.Karena menyatukan dua orang yang berbeda untuk bersatu dalam menjalani kehidupan kedepannya,butuh suatu penyesuaian dan pertumbuhan didalam perkawinan.

sumber : 

D.    PERCERAIAN DAN PERNIKAHAN KEMBALI
“Perceraian dan Keluarga yang Terancam Bahaya”

  “ Kita hidup di  era yang ditandai oleh terurainya ikatan keluarga yang dulunya pernah mengikat ”(pandangan kaum konservatif)
Maraknya pemberitaan tentang perceraian terlebih yang terjadi atas keluarga kaum selebritis menjadi sebuah hentakan pada ekspektasi sosial kita akan suatu kehidupan keluarga yang harmonis, bahagia dan sejahtera. Kekecewaan sosial tersebut menyisakan pertanyaan, apakah sudah sedemikian rapuhnya bangunan keluarga dewasa ini, sehingga tidak ada pilihan lain kecuali harus menyatakan perceraian?
Perceraian melemahkan harapan konservatif akan sebuah perkawinan yang langgeng (hanya maut yang memisahkan) dan membawa akibat negatif karena keluarga memiliki ikatan emosional yang paling erat, intim dan mendalam di antara para anggotanya.

Peran Keluarga
Keluarga melaksanakan peran yang  eksklusif. Pertama dan terutama, dengan membentuk keluarga pasangan yang melangsungkan perkawinan menyatakan komitmen dalam sebuah ikatan lahir-batin  mencapai kebahagiaan.

Peran biologis yakni melahirkan anak dan mengembangkan keturunan demi mempertahankan kelangsungan hidup. Jika peran melahirkan tidak dapat dilaksanakan maka tidak menutup kemungkinan untuk pengangkatan atau pengadopsian anak karena keluarga bukan saja mereka yang terhubung secara pertalian darah tetapi juga secara pengangkatan  atau pengadopsian.

Peran afeksi yakni membangun hubungan yang harmonis dan intim antara anggota keluarga baik itu hubungan suami-isteri maupun hubungan orang tua – anak. Peran ini amat penting untuk pembentukan karakter dan kepribadian anak.

Peran ekonomis, sosialisasi dan edukasi yaitu pemenuhan kebutuhan fisik-ekonomis dan pengenalan serta penanaman  nilai-nilai luhur,  kebajikan sebagai bekal bagi anak.
Peran perlindungan yaitu orang tua sebagai pelindung anak dan anak-anak merupakan perlindungan orang tua di masa lanjut usia.

Oleh karena peran keluarga yang eksklusif maka perceraian adalah momok sosial yang perlu ditekan.
Perceraian berhubungan dengan penyesuaian keluarga terhadap perubahan dalam siklus hidup keluarga yang biasanya dihitung mulai dari saat pertama pasangan itu menikah sampai salah satu darinya meninggal dunia.Dengan begitu, keluarga  berada dalam suatu dinamika yang terus berkembang sehingga perubahan terkadang mempengaruhi kelangsungan hidup keluarga bahkan menciptakan  krisis. Kemampuan adaptiflah yang mendeterminasi kepuasan dan kekecewaan keluarga.

Kekecewaan biasanya muncul dalam keluhan antar pasangan yang menikah. Berdasarkan studi Terman tahun 1983 yang melibatkan 792 pasangan diketahui bahwa hal yang paling dikeluhkan isteri terhadap suami adalah egois, gagal dalam kerja, tidak jujur, banyak mengeluh, kurang menyayangi, ketidakterbukaan, menang sendiri, tidak perhatian pada anak, tidak betah di rumah. Sebaliknya hal-hal yang paling dikeluhkan suami terhadap isteri yakni banyak mengomel, kurang menyayangi, egois, terlalu banyak intervensi urusan/kesenangan suami, ceroboh/teledor, lekas/mudah marah, angkuh dan tidak jujur. (RB Soemanto:2009).

Relasi seksual dan perceraian
Marc Iver dan Page menyebut bahwa salah satu fungsi pokok keluarga di jaman modern selain prokreasi untuk melahirkan dan membesarkan anak tetapi juga kepuasan hubungan seksual suami isteri . Pada zone peranan afeksi keluarga, krisis relasi seksual mudah meletup.Dan ini didukung  individualisasi yakni sejumlah gejala di mana masyarakat yang tidak lagi mau tergantung pada pada tradisi sosial, adat istiadat dalam  pembentukan identitas diri dan seksualitas mereka tetapi lebih mendasarkannya pada pilihan dan keputusan pribadi. Individualisasi melihat bahwa perkawinan tidak lagi memegang hak istimewa dalam hubungan seksual karena hubungan seksual bisa saja dilakukan di luar atau di dalam perkawinan.
Tidak diharapkan bahwa konflik dan krisis yang dialami oleh keluarga harus bersolusi perceraian karena perceraian memecahkan masalah sekaligus menyebabkan  masalah berikutnya. Perceraian adalah gambaran institusi keluarga yang terancam bahaya oleh karena baik pasangan menikah yang tidak mempunyai anak dan apa lagi pasangan yang mempunyai anak, perceraian  melahirkan akibat-akibat destruktif terlebih bagi anak-anak. Menurut Paul Amato dan Alan Booth, terlalu tinggi harga yang  dibayar masyarakat kita yang memilih hidup berpisah dan bercerai. Perceraian mungkin penyelesaian yang tepat bagi orang dewasa, tapi tidak untuk anak-anak, karena anak-anaklah  yang menderita dampak destruktif dan menyakitkan dari perceraian itu dalam jangka panjang serta menimbulkan kekaburan persepsi anak terhadap diri, seksualitas, dan hubungan-hubungan intim.

Orang tua dalam keluarga konflik tinggi  sebenarnya demi anak-anak mereka, berusaha untuk tetap bersama dan melakukan beberapa pengorbanan demi memenuhi tanggung jawab sebagai orang tua.

Tanggapan :
Esensi dalam pernikahan adalah menyatukan dua manusia yang berbeda latar belakang. Untuk itu kesamaan pandangan dalam kehidupan lebih penting untuk diusahakan bersama. Namun,ketika ada satu atau lain hal yang mengarahkan pada terjadinya perceraian,banyak sekali dampak yang dimunculkan kususnya bagi keluarga. Banyak dari mereka yang telah bercerai karena dari berbagai hal dan memutuskan untuk menikah kembali.

Sumber :
http://sosbud.kompasiana.com/2013/05/30/perceraian-dan-keluarga-yang-terancam-bahaya-564448.h

E.     SINGLE LIFE
“Alasan Mengapa Seseorang Tetap Single Dalam Hidupnya”
"Sebenarnya ada 2 alasan utama mengapa seseorang tetap single dalam hidupnya: karena pilihan sendiri atau karena kesalahan-kesalahan yang disadari maupun yang tidak. Alasan pertama tentu tidak ada masalah sama sekali karena kamu berkomitmen untuk tidak memiliki pasangan (entah karena tidak mau terburu-buru atau memang memilih untuk single selamanya) dan tidak mempermasalahkan itu.
Namun, jika kamu sangat berharap namun tidak pernah mendapatkannya dan itu membuatmu depresi, mungkin saja kamu harus merefleksikan dirimu. Berikut ini adalah 10 alasan mengapa seseorang tetap single dalam hidupnya:

Mengutamakan karir
Kita semua setuju bahwa karir merupakan salah satu hal terpenting dalam hidup. Sah-sah saja mengejar karir yang baik untuk masa depan. Tapi kamu harus ingat bahwa hidup bukan semata-mata mengejar karir yang lebih baik.
Jika kamu bermimpi memiliki sebuah keluarga yang bahagia tentu kamu harus menyediakan waktu untuk mencari pasangan hidup. Meskipun kamu bekerja di lingkungan yang membuatmu banyak berinteraksi dengan orang lain, tetapi jika kamu tidak pernah membuka mata dan hati maka itu akan menghalangi kamu untuk mendapatkan orang yang kamu cintai dan mencintai kamu.

Pengalaman masa lalu yang pahit
Trauma masa lalu juga bisa menghalangi seseorang untuk mendapatkan pasangan hidup. Perasaan takut disakiti atau takut hubungan kembali gagal menimbulkan efek traumatis yang kadang sulit disembuhkan. Kuncinya adalah kamu harus terus move on karena kebahagiaanmu tidak berada dalam orang-orang tertentu, kebahagiaan ada dalam dirimu sendiri.

Hidup di lingkaran sosial yang kecil
Pergaulan yang sempit tentu akan mengurangi peluangmu mendapatkan pasangan hidup karena kamu hanya bertemu dengan sedikit orang. Orang yang banyak berinteraksi dengan orang lain dan orang yang terus menerus di depan komputer tentu memiliki peluang yang jauh berbeda. Tentu saja ini masuk akal karena komunikasi adalah awal dari sebuah hubungan, tanpa komunikasi tidak akan terbentuk hubungan yang baik. Perbesarlah lingkaran sosialmu namun tetap selektif.

Tidak menjaga penampilan
Penampilan yang berantakan, berat badan yang berlebih, atau bau badan yang tidak sedap tentu tidak menarik perhatian orang lain. Memang, kita tidak bisa menilai seseorang sepenuhnya dari penampilan fisiknya saja, tetapi realistislah, kita pasti menilai orang pertama kali dari apa yang kita lihat, kan?
Meskipun cover buku belum tentu menunjukkan kualitas isinya, tetapi cover buku yang bagus akan menarik perhatian dan meningkatkan penjualan. Tampil menarik tidak harus memiliki wajah cantik. Kebersihan, kerapian, dan kesehatan fisik juga sangat berpengaruh.

Takut untuk memulai
Belum memiliki pengalaman sebelumnya mungkin cukup menghambat kamu untuk melangkah. Takut salah atau takut ditolak merupakan hal umum yang terjadi. Memulai sesuatu yang baru tidaklah mudah, namun jika kamu tidak mencoba, kamu tidak akan pernah tahu apakah ia adalah jodohmu atau bukan.

Ingin Bebas
Beberapa orang berpikir bahwa memiliki kekasih membuat mereka tidak bisa bebas melakukan kegiatan-kegiatan yang mereka inginkan. Keharusan membagi waktu, tenaga, pikiran, atau uang membuat mereka menganggap itu mengganggu, merepotkan, atau membuat mereka tidak bisa berkonsentrasi pada pekerjaan.
Untuk beberapa saat, anggapan seperti ini bisa dibenarkan entah karena tidak ada waktu untuk membina hubungan atau finansial yang belum mumpuni. Namun dalam jangka waktu yang lama, anggapan seperti ini akan menghambat kamu untuk mendapatkan pasangan hidup. Pengecualian jika kamu memang sudah berkomitmen dari awal tidak ingin menikah dan tidak mempermasalahkan itu.

Childish
Terlalu manja dan tidak bisa berpikir secara dewasa adalah faktor penghambat yang lain. Hubungan percintaan khususnya ketika sudah menginjak umur 20an membutuhkan pemikiran yang dewasa untuk dapat membina hubungan yang serius.

Terlalu Agresif
Terus menerus berdiam diri akan menghambatmu, begitu juga jika kamu terlalu agresif. Agresivitas yang berlebihan seringkali membuat orang lain takut terhadap dirimu atau berpikir kamu terlalu mudah.

Membosankan
Orang yang membosankan umumnya mengalami kendala dalam berkomunikasi dan aktivitas sehari-harinya yang datar-datar saja. Tidak ada cara lain selain kamu harus memperbanyak wawasan dan banyak beraktivitas positif. Akan ada banyak cerita yang bisa kamu ceritakan pada orang lain.

Hidup di Dunia Virtual
Zaman sekarang games dan internet sudah sangat berkembang pesat. Banyak sekali teknologi virtual reality yang dijual di pasaran. Di satu sisi perkembangan teknologi berdampak positif namun di sisi lain berdampak negatif jika berlebihan digunakan. Dunia virtual reality seperti online games sering membuat orang-orang terperangkap di dalamnya.

Tidak hanya anak-anak dan remaja, bahkan orang dewasapun sering terjebak dalam dunia ini. Jika kamu termasuk orang-orang seperti ini, sadarilah bahwa kamu memiliki hidup yang nyata yang harus kamu jalani dan kamu hanya punya satu kesempatan, tidak seperti virtual reality yang akan berakhir ketika kamu mengeklik ”Shut Down” dan bisa dimulai lagi ketika kamu memencet tombol ”Turn On” di komputermu.
Memang benar jodoh ada di tangan Tuhan, tetapi kamu juga harus berusaha dan berdoa, bisa merefleksikan dirimu dan mulai bertanya pada diri sendiri apakah kamu sudah berusaha yang terbaik namun belum berhasil atau karena kesalahan-kesalahan yang sudah kamu lakukan yang menghambat kamu mendapatkan jodoh. Itu adalah 10 alasan mengapa kamu masih single.”

Tanggapan : banyak juga orang memilih untuk hidup sendiri karena berbagai macam hal seperti artikel diatas. Tetapi jodoh sudah diatur oleh Allah swt. Tetap terus berdoa buat yang masih sendiri.
Sumber :

1 komentar: